Ia melihat keberagaman sebagai kekuatan, bukan potensi konflik. Taufik bin Rusdin dari LBH To Makkawaru menyoroti peningkatan kasus kekerasan terhadap anak dan penyebaran narkotika, mendorong edukasi berkelanjutan dan sinergi antar instansi. Mukhtar Guntur Kilat dari Konfederasi Serikat Nasional mengusulkan pendekatan komunikasi humanis dan dialogis dari aparat dalam menghadapi permasalahan sosial dan hukum.
Menanggapi masukan tersebut, AKBP Nugraha Pamungkas menyampaikan apresiasi dan menekankan komitmen Polres Luwu Utara untuk menindaklanjuti isu-isu strategis, termasuk penanganan narkoba yang semakin marak akibat posisi geografis Luwu Utara yang strategis di jalur Trans Sulawesi. Beliau menegaskan bahwa keamanan dan ketertiban merupakan tanggung jawab bersama. Kapolres membuka ruang diskusi dan kolaborasi seluas-luasnya untuk menciptakan Luwu Utara yang aman, inklusif, dan bermartabat.
Kehadiran tokoh-tokoh strategis dari berbagai latar belakang – Kepala Dinas Sosial, Kepala Kesbangpol, aktivis hukum, tokoh pemuda, pimpinan ormas dan OKP – menunjukkan pentingnya kolaborasi multisektor dalam menjawab tantangan sosial. Dialog ini diharapkan menjadi langkah awal dalam membangun Luwu Utara yang lebih harmonis dan adaptif,
Memastikan setiap persoalan diselesaikan secara adil, inklusif, dan konstruktif melalui sinergi nyata antara masyarakat, pemerintah daerah, dan aparat penegak hukum. Dengan semangat kebersamaan, Luwu Utara diharapkan menjadi contoh daerah yang aman, bersatu, dan siap menyongsong Indonesia Emas 2045. (Mik/Red)